15.2.14

Caught : Jurendi #2


-Bury a feeling is a tiresome thing, isn’t it?
Hear the words of wisdom : Let it be-
Seorang gadis berjalan menuju kelasnya, hendak mengambil tas untuk pulang. Peluh membasahi wajah gadis itu, pasalnya ia barus saja selesai latihan rutin ekskul basket yang melelahkan. Dua langkah, buang, batin gadis itu. Dua langkah, buang.
Ia membuang napas setiap dua langkah agar napasnya kembali teratur. Rambut hitamnya yang dikucir satu bergoyang kala ia menoleh ke belakang. Koridor sekolah sore itu sepi, hanya terdengar langkah kakinya yang cepat dan pantulan bola basket dari kejauhan di lapangan basket putra. Kok perasan gue nggak enak, ya?
Pintu berwarna cokelat itu kini sudah berada di hadapannya. Klek!
Gadis itu membuka pintu kelasnya. Mata gadis itu langsung menangkap sosok lelaki yang sedang menunduk membaca sesuatu. Rambutnya basah, tali sepatu ketsnya terlepas, dengan tas terselempang di bahunya dan bola basket di dekat kakinya. Seketika lelaki itu mendongak. Mereka bertemu pandang tanpa perencanaan. Lelaki yang ia kenal sebagai Rendi itu terkejut dan terlihat gugup.
"H-hei," sapanya.
Awalnya gadis itu tidak menyadari apa-apa, sampai matanya menangkap buku apa yang dipegang Rendi. Jurnal pribadinya! Mata gadis itu membelalak. Dengan satu gerakan cepat, ia mengambil tasnya lalu berlari pergi. Setelah apa yang terjadi barusan, ia tidak akan sanggup berada di dekat Rendi, karena Rendi pasti sudah membacanya. Apa yang ia tulis di jurnalnya. Segala perasaannya terhadap laki-laki itu.


Gadis itu menghembuskan napas frustasi, Gosh, it gonna be awkward. Tak lama kemudian, terdengar langkah cepat mengejarnya dari belakang.
"Jun!" panggil orang itu. "June, tunggu!"
Gadis bernama June itu semakin mempercepat langkahnya, namun bahunya ditahan oleh sebuah tangan kokoh dari belakang, tangan Rendi. Rendi kemudian berdiri di hadapan June. June seketika membeku.
"Sori, gue nggak sengaja baca jurnal lo. Tadi jurnalnya kebuka di atas meja, gue kira apaan." Dipandanginya  June yang benar-benar terlihat tak nyaman."June.. Gue.."
Suara Rendi yang mengaantung benar-benar membuat June ingin bunuh diri. Segala perasaannya selama ini, perasaannya kepada lelaki di hadapannya, kini telah ketahuan. June terlalu takut untuk menduga apa yang sedang Rendi pikirkan. June benar-benar takut.
"Gue permisi dulu." Ucap June cepat sambil merebut jurnalnya dari tangan Rendi, yang tidak ia sangka Rendi menahan tangannya.
"June, gue mau ngomong dulu."
"Bodo, gue nggak mau denger!" June meninggikan suaranya.
Dengan langkah cepat, June pergi menelusuri koridor dan berbelok cepat ke arah kiri. Rendi yang susah payah mengejar rupanyamengambil belokan yang salah. June menghela napas lega.
Langit semakin gelap, tanda hari sudah semakin sore. Suara pantulan bola basket dan anak-anak yang sedang asyik bermain kini tak terdengar lagi. Sekolah semakin sepi. Saking sepinya, June berharap detak jantungnya saat itu tidak terdengar sampai menggema di koridor sekolah.
June tidak peduli bila jurnalnya masih berada di tangan Rendi. June juga tak peduli semua orang akan membaca jurnalnya. Fine! Gue pasrah! Teriaknya dalam hati. June hanya ingin cepat-cepat keluar dari kawasan sekolahnya tanpa bertemu sosok Rendi yang mampu melumpuhkan fungsi kakinya.
Namun sepertinya alam berkata lain. Rendi yang terengah-engah muncul dari belokan di depan June. Ekspresi lega bercampur panik terpampang jelas di wajahnya melihat June membalikkan basan dan melangkah pergi.
"Mau sampe kapan kabur terus?" ucap Rendi menantang June. "Sampe kiamat?"
June berhenti dan berbalik menghadap Rendi. Dengan berusaha setegar mungkin, ia membalas, "Lo tau apa? Lo nggak tau apa-apa tentang gue."
"Aku tau satu hal," Rendi melangkah perlahan mendekati June. Rendi tersenyum lembut, saking lembutnya sampai hampir membuat June menangis. Ia menyodorkan jurnal June dengan tangan kanannya. "Kamu jadi bukti nyata kalo cinta pertama ku nggak bertepuk sebelah tangan."

-end
 -P.S. cerita kali ini drama abiss, gue akuin. Kebawa suasana galau soalnya nulisnya bareng sama chapter selanjutnya. FYI aja cerita ini judulnya Caught : Jurendi #2 dan masih bakal berlanjut. Jurendi means June & Rendi :) stay tune yaa-


2 komentar: