7.2.14

Crush : Jurendi #1

"When you have a crush on someone, you notice every little thing and when they do something for you, you feel touched no matter how small."

            “ABC lima dasar!”
            Siang itu June sedang bermain permainan sejuta umat bersama empat temannya, termasuk bersama si dia.
                “D. Ayo makanan apa yang awalnya D?” ucap si dia. June tidak bisa tidak tersenyum. Memandangnya. Dia yang barusan berbicara sedang duduk tepat di depannya dan tersenyum jahil menghiasi wajahnya. “Sampe kalah, wajib nyanyi!”
            “Donat!”
            “Daging!”
            “Aduh apa lagi ya, gue ga mau nyanyi...” ucap June memelas, sebenernya sok memelas biar Rendi―cowok dihadapannya ini―memperhatikannya.
            Rendi yang diperhatikannya diam-diam itu membuka mulut, “Ah, gue tau! Dodol!”
            “Ayo ayo tinggal June sama Billy, yang terakhir nyanyi!”
            June mungkin sudah berkeringat dingin, suaranya June kan jelek dan sumbang. June malu banget kalo musti nyanyi di depan Rendi. June menatap tajam Billy, “Awas lo, jangan berani-berani ngomong sebelum gue!”
            “Yakali, orang gue mau jawab dendeng!”
            Sontak, semua orang tertawa. Dilanjutnykan dengan sorak-sorai teman-teman membahanan menyambut kekalahan June, tak terkecuali Rendi. Pasalnya belum ada yang pernah denger June bernyanyi. Mampus, batin June, mana Rendi kayaknya puas banget sama kekalahan gue, ih bete.
            “June, buruan nyanyi!” ucap Billy.
            June berlagak sok bego aja, “Nyanyi apaan?”
            “Lagunya David Archuleta aja, apa itu yang sering banget didengerin June? Crush?” Rendi membuka suara sambil menatap mataku. Aduh Rendi ini kenapa sih, entar gue salting emang dia mau tanggung jawab? Ih bete.
            “Boleh, boleh. Ayo Junee.” Teman-teman bersorak seperti cheers yang lagi membuat piramida, norak banget.
            “Ehm,” June berdehem. Bismillahirahmannirahim, semoga telinganya Rendi habis ini masih normal, amin. “Do you ever think, when you’re all alone, all that we could be where this thing could go o, am I crazy or falling in love? Is it real or―”
            “Nyanyinya seriusan dikit dong, pake hati.” Rendi menatap June sebal.
            Dahi June berkerut, namun tak lama kemudian senyum merekah di bibirnya. Pantesan dari tadi dia ngeliatin gue mulu .Kali ini June meneruskan nyanyiannya dengan benar sambil menatap Rendi lurus-lurus, “Cause I’m trying to walk away, but I know this cruch won’t going away...”
            June menangkap senyum di wajah Rendi.
            “Ngapain lo senyum-senyum, Ren?” tanya June sok bego.
            Rendi hanya tertawa renyah, tapi lebih dari apapun June tahu apa artinya itu.


-end

-P.S. this is my first entry :) Waktu itu nulisnya kilat banget, ditiming gitu dalam rangka game but I was failing for that time, so I post it here and crown it as my first entry yeaaaah. If you curious about me atau kalian mau ngasih aku kesempatan kedua, tunggu post ku yang lainnya ya. I really really put on my gratitude for you who read my story :) Arigatou ne!-



                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar