"When
you have a crush on someone, you notice every little thing and when they do
something for you, you feel touched no matter how small."
“ABC
lima dasar!”
Siang
itu June sedang bermain permainan sejuta umat bersama empat temannya, termasuk
bersama si dia.
“D. Ayo makanan apa yang awalnya D?” ucap si dia. June tidak bisa tidak
tersenyum. Memandangnya. Dia yang barusan berbicara sedang duduk tepat di
depannya dan tersenyum jahil menghiasi wajahnya. “Sampe kalah, wajib nyanyi!”
“Donat!”
“Daging!”
“Aduh
apa lagi ya, gue ga mau nyanyi...” ucap June memelas, sebenernya sok memelas
biar Rendi―cowok dihadapannya ini―memperhatikannya.
Rendi
yang diperhatikannya diam-diam itu membuka mulut, “Ah, gue tau! Dodol!”
“Ayo
ayo tinggal June sama Billy, yang terakhir nyanyi!”
June
mungkin sudah berkeringat dingin, suaranya June kan jelek dan sumbang. June
malu banget kalo musti nyanyi di depan Rendi. June menatap tajam Billy, “Awas
lo, jangan berani-berani ngomong sebelum gue!”
“Yakali,
orang gue mau jawab dendeng!”
Sontak,
semua orang tertawa. Dilanjutnykan dengan sorak-sorai teman-teman membahanan
menyambut kekalahan June, tak terkecuali Rendi. Pasalnya belum ada yang pernah
denger June bernyanyi. Mampus, batin
June, mana Rendi kayaknya puas banget
sama kekalahan gue, ih bete.
“June,
buruan nyanyi!” ucap Billy.
June
berlagak sok bego aja, “Nyanyi apaan?”
“Lagunya
David Archuleta aja, apa itu yang sering banget didengerin June? Crush?” Rendi
membuka suara sambil menatap mataku. Aduh
Rendi ini kenapa sih, entar gue salting emang dia mau tanggung jawab? Ih bete.
“Boleh,
boleh. Ayo Junee.” Teman-teman bersorak seperti cheers yang lagi membuat
piramida, norak banget.
“Ehm,”
June berdehem. Bismillahirahmannirahim,
semoga telinganya Rendi habis ini masih normal, amin. “Do you ever think,
when you’re all alone, all that we could be where this thing could go o, am I
crazy or falling in love? Is it real or―”
“Nyanyinya
seriusan dikit dong, pake hati.” Rendi menatap June sebal.
Dahi
June berkerut, namun tak lama kemudian senyum merekah di bibirnya. Pantesan dari tadi dia ngeliatin gue mulu .Kali
ini June meneruskan nyanyiannya dengan benar sambil menatap Rendi lurus-lurus,
“Cause I’m trying to walk away, but I know this cruch won’t going away...”
June
menangkap senyum di wajah Rendi.
“Ngapain
lo senyum-senyum, Ren?” tanya June sok bego.
Rendi
hanya tertawa renyah, tapi lebih dari apapun June tahu apa artinya itu.
-end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar